49.540 Hektar Hutan Mangrove di Sumsel Rusak, Ini Upaya Dilakukan Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel

Palembang299 Dilihat

Palembang, Aksara News – Luas hutan mangrove di Provinsi Sumsel mencapai 171.629 hektar. Dari jumlah tersebut, hutan mangrove yang rmengalami kerusakan mencapai 49.540 hektar.

Hal tersebut diungkapkan Kabid Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Sutomo saat diwawancarai diruang kerjanya, Rabu (21/12/2022).

Sutomo mengatakan, Provinsi Sumsel memiliki 171.629 hektar hutan mangrove yang berada dari Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten OKI dan Taman Nasional sembilang.

“Saat ini sudah lumayan ada 49.549 hektar yang rusak, yang harus direhab dan itu karena terjadi degradasi. Karena fungsi ekosistem mangrove ini cukup bagus karena mampu menyerap karbon 3 kali lipat dari ekosistem yang lainnya,” katanya.

” Sumsel harus bangga, karena kita punya ekosistem mangrove yang cukup luas. Selain sebagai benteng pantai timur juga sebagai pijakan ikan-ikan di situ ternyata ada kehidupan pesisir yang cukup tinggi. Oleh sebab itu keberadaan ini perlu dilindungi,” tambah Sutomo

Untuk menjaga hutan mangrove tetap terjaga, Sutomo menerangkan, dibentuk kelompok kerja mangrove daerah (KKMD). Di dalam KKMD berperan untuk menjaga ekosistem mangrove di Sumsel.

“Ada beberapa provinsi yang terbentuk salah satunya adalah Sumsel karena Sumsel memiliki mangrove yang lumayan luas,” bebernya.

 

“Untuk melakukan pemulihan 49.540 hektar hutan mangrove yang rusak atau terdegradasi, kita melakukan rehabilitasi dengan melakukan pembinaan kepad masyarakat. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh petambak ilegal, illegal logging dan alih fungsi kawasan mangrove. Yang paling banyak adalah petambak ilegal,” bebernya.

Sutomo menjelaskan, Pemprov Sumsel mencari skema agar petambak jalan dan mangrove tetap lestari.

“Kita cari polanya, kita sekarang baru ada pembinaan dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara. Tujuannya untuk pendampingan ke masyarakat petambak di pesisir untuk mencari pola dan skema yakni pola efektif untuk masyarakat kita ini dialihkan tapi tambaknya tetap jalan dan ekosistem di kawasan hutan mangrove tetap terjaga,” paparnya.

“Kita mengharapkan semua pihak para pihak untuk ikut menyelamatkan mangrove. Sudah dilakukan rehab 60 hektar dan baru baru ini sudah dilaksanakan lagi rehab hutan mangrove untuk 61 hektar oleh OKI Pulp. Saya berikan penilaian bagus sekarang kepiting-kepiting itu sudah banyak sekali mulai kembali lagi ke habitatnya di mangrove terjaga lagi. OKI Pulp sudah merehabilitasi di pinggir pantai pantai Bangka. Kita pembinaannya dan yang mengerjakan, karena mereka punya kewajiban,” bebernya.

Menurutnya, pengelolaan mangrove harus menjadi perhatian semua pihak. Karena ekosistem mangrove ini menjadi ekosistem potensial yang punya nilai penting. Kalau kerusakan mangrove abrasi pantai angin dan sebagainya itu akan habis.

“Runtuhan daun mangrove itu untuk pakan ikan, untuk berpijak dan bertelur jadi sangat penting untuk nelayan. Kawasan wilayah Pesisir itu kami harap jangan dirusak,” tuturnya.

“Kita mencari semua skemanya seperti apa untuk sama-sama merehabilitasi hutan mangrove dengan menggandeng perusahaan diantaranya Sinar Mas, dan SKK Migas dan lainnya. Harapan kita ke depan hutan mangrove tetap lestari dan masyarakat pesisir tetap makmur ekonomi tetap berjalan tapi mangrove tetap terjaga, itu cita-cita kita,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *