Jakarta, Aksara News – Pemerintah Jerman akan memberikan keringanan pajak senilai 10 miliar euro atau setara dengan US$10,2 miliar membantu pekerja mengatasi lonjakan inflasi.
Menteri Keuangan Christian Lindner mengatakan kebijakan keringanan pajak itu akan menaikkan tunjangan bebas pajak dasar serta memunculkan tingkat di mana tarif pajak penghasilan tertinggi 42 persen akan berlaku.
Mengutip AFP, Rabu (10/8), setiap keluarga juga akan mendapatkan keuntungan dari pembebasan pajak yang lebih tinggi untuk anak-anak yang menjadi tanggungannya.
Diketahui inflasi di Jerman pada Juli kemarin mencapai 7,5 persen lebih rendah dari capaian Juni sebesar 7,6 persen. Inflasi ini terutama dipicu oleh lonjakan harga energi akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Lindner mengatakan rencana keringanan pajak itu ditujukan pada karyawan yang bergaji tinggi sehingga memiliki beban pajak yang lebih tinggi.
Akibatnya, keuntungan yang telah diterima para pekerja pada dasarnya terhapus oleh pajak yang lebih tinggi yang harus dibayar.
Fenomena, yang disebut perkembangan dingin, juga biasanya memukul pendapatan yang lebih rendah lebih keras.
Lindner mengatakan 48 juta orang Jerman akan menghadapi pajak yang lebih tinggi mulai Januari 2023 jika tidak ada keringanan yang ditawarkan.
“Bagi negara untuk mendapatkan keuntungan pada saat kehidupan sehari-hari menjadi lebih mahal, itu tidak adil dan juga berbahaya bagi pembangunan ekonomi,” kata Lindner.
Kebijakan keringanan pajak ini tidak termasuk dalam paket 30 miliar euro yang dikeluarkan oleh Kanselir Olaf Scholz pada awal tahun untuk membantu konsumen menghadapi inflasi.
Adapun paket yang dirilis oleh Kanselir Olaf Scholz termasuk pemotongan pajak bahan bakar, tiket transportasi umum yang berlaku di seluruh Jerman seharga 9 euro per bulan untuk Juni, Juli, dan Agustus.
Meski demikian, Jerman masih menghadapi tantangan di sektor ekonominya. Sebab, konflik di Ukraina memupuskan asa ekonomi terbesar Eropa itu untuk menumbuhkan ekonominya usai pandemi covid-19.
Dengan industrinya yang berorientasi ekspor, Jerman sangat rentan terhadap kemacetan rantai pasokan dan kekurangan bahan baku yang disebabkan oleh pandemi.
Tapi sekarang, Jerman dihadapkan dengan tagihan energi dua kali lipat, setelah Rusia secara drastis membatasi pasokannya menyusul invasi ke Ukraina.
Krisis listrik tidak hanya menggerogoti daya beli konsumen tetapi juga merugikan industri Jerman, yang sebagian besar bergantung pada pasokan energi murah untuk ekspor manufaktur.
Oleh karena itu, karyawan di negara itu menghadapi pukulan ganda dari biaya yang lebih tinggi dan ancaman kehilangan pekerjaan yang semakin besar. Ini disebabkan perusahaan-perusahaan besar mempertimbangkan untuk menghentikan beberapa pabrik biaya yang tinggi.
Pertumbuhan Jerman mengalami stagnasi pada kuartal kedua tahun ini, tetapi para analis telah memperingatkan bahwa resesi pada paruh kedua tidak akan terhindarkan.
Pada perkiraan terakhir mereka pada Maret, penasihat ekonomi pemerintah Jerman memperkirakan bahwa produk domestik bruto akan meningkat sebesar 1,8 persen untuk 2022. Dikutip dari CNN Indonesia.