Palembang, Aksara News – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel melalui UPTD Museum Negeri Sumsel menggelar seminar sehari kajian koleksi Museum Negeri Sumsel terhadap Prasasti Telaga Batu bertempatdi Aula Museum Negeri Sumsel, Selasa (2/8/2022).
Kepala UPTD Museum Negeri Sumsel H Chandra Amprayadi SH mengatakan, kegiatan ini dilaksanakan dalam menjaga dan mengenal peninggalan sejarah yakni prasasti Telaga Batu.
“Kegiatan ini di hadiri oleh berbagai unsur baik pemerintahan maupun budayawan tak ketingalan juga puluhan mahasiswa dari berbagai Universitas di Sumsel,” ujarnya.
Chandra menerangkan, prasasti merupakan sebuah bukti sejarah dan bukti tentang adanya sebuah kerajaan Sriwijaya yang ada di Palembang. Jadi dengan adanya prasasti-prasasti yang ada di Nusantara merupakan sebuah bukti yang tak dapat terbantahkan oleh semua pihak yang mengklaim hal tersebut.
Pasalnya, setelah usai Perang Dunia Kedua banyak yang mengklaim dimana letak berdirinya Sriwijaya di negara masing-masing. Di India, Srilangka Myamar bahkan negera tetangga sendiri Malaysia. Tapi kalim mengenai hal tersebut tidak pernah terbukti.
“Di awal tahun 70an banyak sekali prasasti di dapatkan di wilayah Indonesia. Maka disepakati banyak negara bahwa asal Sriwijaya ada di Indonesia. Setelah itu banyak juga di wilayah di Indonesia yang mengklaim bahwa Sriwijaya berada di daerahnya. Seperti di Jawa,Kalimantan dan Padang mengkalim bahwasanya Sriwijaya berada di daerahnya,” bebernya.
Tapi setelahnya, sambung Chadra, di dapatkan sebanyak 5 prasasti diantaranya prasasti
Talang tua, prassati bukit Siguntang, prasasti telaga Batu, dan Kedukan Bukit. Maka diambil kesimpulan letak kerajaan Sriwijaya berada di Kota Palembang.
“Bahwa struktur pemerintahan kerajaan Sriwijaya ada di Kota Palembang dengan ditemukan nya kelima prasasti tersebut. Jadi prasasti merupkan sebuah bukti dari masa lalu yang tidak dapat dibantah oleh pihak manapun,” katanya.
“Proses pembuatan mpek-mpek ada di prasasti Talang Tuo. Jadi jika ada cerita dari medsos dan berbagai sumber lainnya yang mengatakan bahwa mpek-mpek berasal dari cina dengan latar belakang pembuatan mpek-mpek adalah apek. Maka hal tersebut secara otomatis sudah terbantakan oleh prasasti Talang Tuo ini,” tambahnya.
Sementara itu Kabid Destinasi Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumsel Heni Susantih mengatakan, pihknya mendukung penuh kegiatan ini. Karena dalam mengenal budaya di perlukan informasi mendasar dari budaya tersebut. Prasasti merupakan data dan sumber pertama yang harus dimiliki dan dipahami oleh semua unsur budayawan.
“Kita apresiasi masyarakat yang turut membantu koleksi yang ada di museum saat ini. Hari ini ada juga bantuan dari masyarakat berupa empat buah kursi. Semakin banyak masyarakat yang mau menyumbangkan peninggalan sejarah atau koleksi sejarah untuk kebutuhan pengetahuan dan edukasi di museum Sumsel ini,” bebernya.
“Saya berharap melalui seminar ini masyarakat dapat lebih rinci dalam mengenal prasasti. Selain itu, saya juga berharap bantuan untuk koleksi di museum ini, agar koleksi di museum ini lebih banyak serta dapat menambah edukasi pengunjung ke datang,” tandasnya.